http://maetrimal.com/3iBT
KULIAH TEKNIK NASIONAL
Tuesday, January 2, 2018
Foto Land Scape Perkebunan Teh dan Sawah Tadah Hujan (Terasering)
Media Pembelajaran Geografi
"Foto Land Scape Perkebunan Teh dan Sawah Tadah Hujan (Terasering)"
Ahmad Hasan Fadholi (1506660)
Foto Hamparan Pemandangan Perkebunan Teh Sukawana dan Pemukiman Kota Bandung
Foto Sawah Terasering di Puncak Bintang, Kabupaten Banyuwangi
Foto Sawah Terasering di Puncak Bintang, Kabupaten Banyuwangi
Foto Background Gunung Burangrang dari Desa Sukawana dan Perkebunan Teh
Film Pendek Perbandingan Desa dan Kota
Media Pembelajaran Geografi
"Film Pendek Perbandingan Desa dan Kota"
Ahmad Hasan Fadholi (1506660)
Film ini
menjelaskan tentang perbandingan antara Desa dan Kota tepatnya di Desa
Sukawana, Kec. Parompong, Kabupaten Bandung Barat dan Kawasan Kota
Bandung.
https://youtu.be/nwJ5ETnFCZs
Desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia
dengan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut adalah wujud atau
ketampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis
(fisis), sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang saling berinteraksi
di antara unsur tersebut, serta hubungannya dengan daerah-daerah
lain.sedangkan, Kota didefinisikan sebagai suatu sistem jaringan
kehidupan manusia yang memiliki ciri sosial, seperti jumlah penduduk
tinggi dan strata sosial-ekonomi yang heterogen dengan corak yang
materialistis.
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan sebagai
petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Antara lain sebagai berikut:
- Kota memiliki penduduk yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan desa.
- Lingkungan hidup di pedesaan sangat jauh berbeda dengan diperkotaan.Lingkungan pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas,udaranya bersih,sinar matahari cukup dan lain sebagainya.Sedangkan dilingkungan perkotaan yang sebagian besar dilapisi beton dan aspal,bangunan-bangunan menjulang tinggi dan pemukiman yang padat.
- Kegiatan utama penduduk desa berada di sector ekonomi primer yaitu bidang agraris(pertanian).
- Corak kehidupan social di desa dapat dikatakan masih homogin(satu jenis),sebaliknya di kota sangat heterogin(beraneka ragam) karena disana saling bertemu berbagai suku bangsa,agama,kelompok dan masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan.
- Sistem pelapisan social di kota jauh lebih kompleks daripada di desa.
- Mobilitas (kemampuan bergerak) social di kota jauh lebih besar daripada di desa.
- Bila terjadi pertentangan,di usahakan untuk dirukunkan,karena memang prinsip kerukunan inilah yang menjiiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan.
- Jumlah angkatan kerja yang tidak mempunyai pekerjaan tetap di pedesaan jauh lebih besar daripada di perkotaan.
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan
(rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut
Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan
dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern,
betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya
bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota
yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya
sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta
proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan
“berlawanan” pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat
diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Masyarakat Pedesaan | Masyarakat Kota |
>Perilaku homogen
>Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan >Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status >Isolasi sosial, sehingga statik Kesatuan dan keutuhan kultural Banyak ritual dan nilai-nilai sakral >Kolektivisme |
>Perilaku heterogen
>Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan >Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi >Mobilitas sosial, sehingga dinamik Kebauran dan diversifikasi kultural Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular >Individualisme |
Sumber:
https://taufikhidayah21.wordpress.com/tag/perbedaan-antara-desa-dan-kota/
Power Point dan Bagan Interaksi Keruangan Desa dan Kota
Media Pembelajaran Geografi
"Bagan Interaksi Keruangan Desa dan Kota"
Ahmad Hasan Fadholi (1506660)
Menurut Soetardjo Kartohadikoesoemo istilah desa dapat diartikan
ke dalam tiga istilah yaitu desa, dusun, dan desi yang
semuanya berasal dari suku kata swa desi. Istilah
ini sama maknanya dengan negara, negeri, nagari yang
berasal dari kata nagaram. Istilah ini berasal dari kata Sanskrit yang
berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Berikut ini merupakan
beberapa pengertian desa dari beberapa ahli, yaitu sebagai berikut.
- Bintarto memberikan batasan bahwa desa, yaitu suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut adalah wujud atau ketampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis (fisis), sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang saling berinteraksi di antara unsur tersebut, serta hubungannya dengan daerah-daerah lain.
- Kolb and Brunner dalam bukunya A Study of Rural Society menjelaskan desa adalah populasi penduduk yang berkisar antara 250–250 orang.
- W.S. Thompson dalam Population Problem mengemukakan bahwa desa merupakan salah satu tempat untuk menampung penduduk.
- William Ogburn and M.F. Nimkoff dalam A Handbook of Sociology mengemukakan bahwa desa, yaitu organisasi atau kumpulan kehidupan sosial, dalam suatu daerah yang terbatas.
- The Liang Gie dalam pembahasan Undang-undang tahun 1955 No.19 tentang desa praja. Desa dimaksudkan daerah yang terdiri atas satu atau lebih wilayah yang digabungkan, hingga merupakan daerah yang mempunyai syarat-syarat cukup untuk berdiri menjadi daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
- UU No. 5 tahun 1979 menyebutkan desa yaitu suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat dan hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai
sebuah ketampakan di muka bumi, desa dicirikan dengan hal-hal berikut ini.
- Suatu wilayah yang tidak luas.
- Corak kehidupan yang bersifat agraris.
- Kehidupan yang sederhana.
- Letaknya relatif jauh dari kota.
- Pada umumnya terdiri atas pemukiman penduduk, rumah dan pekarangan, serta pesawahan.
- Jaringan jalan belum begitu padat.
- Sarana transportasi relatif langka.
Selain
hal-hal tersebut, kehidupan masyarakat desa bukannya adem ayem
dan jauh dari masalah kehidupan dan lingkungan. Justru,
kehidupan masyarakatnya berlangsung dengan dinamis dalam arti senantiasa
terus bergerak memanfaatkan sumber daya yang ada. Permasalahan yang
timbul pada masyarakat desa umumnya berasal dari
permasalahan geografi, sosial, ekonomi, dan budaya di pedesaan. Beberapa
permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut.
Pola Persebaran Desa
Persebaran desa adalah berkelompok atau saling menjauh
antara desa yang satu dengan desa lainnya (Daldjoeni, 1998).
- Faktor yang mempengaruhi pola persebaran desa:
- Lokasi
- Iklim
- Kondisi tanah
- Unsur air
- Keadaan ekonomi
- Kultur penduduk
- Bentuk dan pola persebaran desa
- Bentuk desa memanjang mengikuti jalan raya dan sungai
- Bentuk desa mengelompok
- Bentuk desa yang memanjang garis pantai
- Bentuk desa mengelilingi suatu fasilitas
- Bentuk desa memusat
Menurut Bintarto
- 1 – 2 Di daerah plain susunan desanya nengikuti jalur jalan dan sungai.
- 3 Pola desa berbentuk radial dan memanjang sepanjang sungai.
- 4 Pola desa tersebar dan berdiri sendiri.
- 5 – 6 Desa di daerah pantai dan sepanjang jalan kereta api.
Ciri dan potensi desa
- Ciri-ciri masyarakat desa (Daldjoeni, 1998)
- Kehidupannya tergantung pada alam
- Toleransi social dan gotongroyongnya kuat
- Adat istiadat dan norma agamanya kuat
- Kontrol sosialnya didasarkan pada hukum informal
- Hubungannya kekerabatan didasarkan pada paguyuban (gemeinschaft)
- Pola pikirnya irasioanal
- Klasifikasi berdasarkan potensi, tingkat kemampuan, dan kegiatan masyarakatnya (Daldjoeni, 1998)
a) Desa berpotensi tinggi
b) Desa berpotensi sedang
c)
Desa berpotensi rendah
Klasifikasi desa berdasarkan tingkat
kemampuannya
a) Desa swadaya (suatu desa yang hampir seluruh
kebutuhan ekonomi masyarakatnya diperoleh dengan cara mengadakan sendiri (subsistence))
b) Desa swakarya (desa yang kebutuahn ekonomi
masyarakatnya, disamping hasil produksi untuk kebutuhan sendiri, telah dijual
ke wilayah lainnya)
c) Desa swasembada (suatu desa yang telah
mengembangkan segala potensi yang ada sehingga hasil produksinya disamping
untuk kebutuahan sendiri juga telah diual atau di ekspor ke wilayah lainnya)
Klasifikasi desa berdasarkan kegiatannya
a)
Desa pertanian
b)
Desa nelayan
c)
Desa industri
- Potensi desa dan unsur-unsurnya (segala sumber daya, baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia, serta sumber daya lainnya yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat)
1) Unsur sumber daya alam
a)
Lokasi,
b)
Iklim,
c)
Tanah,
d)
Air,
e)
Pertanian, peternakan, dan perikanan
f)
suber daya tambang
g)
morfologi
2) Unsur sumber daya manusia
a)
Penyediaan tenaga kerja
b)
Keahlian dan keterampilan
c)
Semangat kegotoroyongan dan swadaya
3) Unsur sumber daya lainnya
a)
Lembaga-lembaga formal desa
b)
Lembaga social desa
c)
Strata social
d)
Pemimpin informal
4) Unsur kesejahteraan masyarakat
Menurut The Asian Center for
Development Administration (1980), indikator keberhasilan pembangunan
pedesaan yaitu:
a)
Adanya perubahan produktivitas pertanian
b)
Perubahan pada ketenagakerjaan, pengangguran,
dan setengah pengangguran
c)
Perubahan dalam distribusi kemakmuran dan
pendapatan
d)
Perubahan tingkat mobilotas dalam setruktur
kelas setempat
e)
Indikator-indikator kesejahteraan
f)
Perubahan dalam nilai-nilai kepercayaan dan
sikap
1.
Pola keruangan kota
a.
Teori pola keruangan kota
1)
Teori konsentris ( Dikembangkan oleh E.W.
Burgess, 1924)
a)
Pusat daerah kegiatan
b)
Zona transisi
c)
Wilayah pemukiman masyarakat berpendapatan
rendah
d)
Wilayah pemukiman masyarakat keas menengah
e)
Wilayah pemukiman masyarakat yang berpenghasilan
tinggi
f)
Wilayah pinggiran desa-kota
2)
Teori sektoral (Dikemukakan oleh Homer Hoyt,
1939)
a)
Pusat bisnis
b)
Zona pabrik
c)
Zona pemukiman kelas rendah
d)
Zona pemukiman kelas menengah
e)
Zona pemukiman kelas tinggi
3)
Teori inti berganda (Dikemukakan oleh C.D Harris
dan E.L. Ullman, 1945)
a)
Pusat daerah kegiatan
b)
Perdagangan dan industry kecil
c)
Pemukiman kaum buruh
d)
Pemukiman kelas menengah
e)
Pemukiman kelas elit
f)
Industry berat
g)
Kawasan bisnis
h)
Pemukiman sub urban
i)
Industry sub urban
2.
Pola tata ruang kota
a.
Inti kota (Core
of City)
b.
Selaput inti kota
c.
Kota satelit
d.
Sub urban
3.
Struktur ruang wilayah kota di indonesia
a.
Kawasan budaya perkotaan
1)
Perumahan dan pemukiman
2)
Perdagangan regional atau eceran, jasa
penginapan atau perhotelan
3)
Industry tanpa pencemaran
4)
Fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan,
rekreasi dan olahraga serta fasilitas lainnya
5)
Terminal angkutan(darat, laut, udara)
6)
Lokasi pertanian (tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, dan perikanan)
7)
Taman pemakaman
8)
Tempak pembuangan sampah akhir (TPA)
b.
Kawasan lindung
1)
Kawasan resapan air
2)
Kawasan sempadan (pantai, sungai, danau, dan
waduk)
3)
Cagar alam
4)
Taman hutan raya dan taman wisata lainnya
5)
Kawasan cagar budaya
6)
Kawasan rawan letusan gunung berapi, rawan
gempa, rawan longsor, rawan gelombang pasan, dan rawan banjir)
Pola persebaran kota
- Aliran sungai
- Benteng
- Simpuk pertemuan jalan
- Industri dan pertambangan
- Pegunungan
- Pertanian/Perkebunan
Ciri dan potensi kota
- Ciri dan klasifikasi kota (Daldjoeni, 1998)
- Adanya keanekaragaman penduduk
- Penduduk mempunyai sikap individualistic
- Hubungan social bersifat patembayan (gesselsehaft)
- Ada pemisahan kekurangan yang memebentuk kompleks-kommpleks tertentu
- Norma agama tidak terlalu erat melekat
- Pandangan hidup kota lebih rasional
Potensi kota
- Sebagai pusat pemerintahan
- Sebagai pusat kegiatan ekonomi
- Sebagai pusat aktivitas politik
- Sebagai pusat budaya
- Sebagai pusat pertumbuhan
- Sebagai pusat wisata
Perkembangan Desa dan
Kota
Perkembangan Desa
Tahap-tahap perkembangan:
- Pra Desa
- Adanya kelompok masyarakat yang belum menetap di suatu lokasi
- Desa Swadaya
- Sifatnya masih tradisional
- Hubungan antar manusia sangat erat
- Pengawasan social didasarkan atas kekeluargaan
- Mata pencaharian penduduk pada sektor primer
- Tingkat teknologi masih sederhana
- Desa Swakarya
- Kebiasaan atau adat-istiadat sudah tidak mengikat penuh
- Sudah mulai mempergunakan alat-alat dan teknologi
- Sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari pusat perekonomian
- Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan prasarana lainnya
- Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar
- Desa Swasembada
- Kebanyakan berlokasi di ibu kota kecamatan
- Penduduknya padat-padat
- Tidak terikat dengan adat istiadat
- Telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan lebih maju dari desa lain
- Partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif
Perkembangan Kota
Menurut Catanese (1998), faktor yang mempengaruhi perkembangan kota yakni
- Fisik (Faktor lokasi dan Faktor geografis)
- Non Fisik (Faktor perkembangan penduduk, faktor aktivitas kota)
Berdasarkan jumlah penduduknya
- Kota kecil, jumlah penduduknya antara 20.000-50.000 jiwa
- Kota sedang, jumlah penduduknya antara 50.000-100.000 jiwa
- Kota besar, jumlah penduduknya antara 100.000-1.000.000 jiwa
- Kota metropolitan, jumlah penduduknya antara 1.000.000-5.000.000 jiwa
- Kota megapolitan, jumlah penduduknya lebih besar dari 5.000.000 jiwa
Graffith Taylor (1958), tahapan
kota yakni
- Stadium Infentile (kurang jelas batas antara pemukiman dan perdagagan)
- Stadium Juvenile (pergantian kelompok rumah dari tua ke baru)
- Stadium Mature (Timbul daerah baru)
- Stadium Senile (kemunduran kota)
Lewis Mumford, perkembangan kota
yakni:
- Tahap eopolis
- Tahap polis
- Tahap metropolis
- Tahap megapolis
- Tahap tiranopolis
- Tahap necropolis
Kuswartojo (2005), bentuk dan pola
perkembangan kota yakni:
- Radiocentric (roda pedati)
- Rectilinear (persegi panjang)
- Star (bintang)
- Ring (cincin)
- Branch (bercabang)
- Linear (linier)
- Sheet (lembaran)
- Articulatedsheet (lembaran artikulasi)
- Constellation (konstilasi)
- Satellite (satelit)
Pola dan Faktor-Faktor Interaksi Desa dan Kota
- Pengertian interaksi, interaksi adalah tindakan atau perilaku timbal balik yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan bagi para pelakunya.
a.
Interaksi antara kota dengan kota
b.
Interaksi antara kota dengan desa
c.
Interaksi antara desa dengan desa
d.
Interaksi antarwilayah yang ada dalam kota
e.
Interaksi antarwilayah yang ada dalam desa
- Faktor yang berpengaruh terhadap interaksi, menurut Edward Ullman (dalam buku Henk Husiman, 1985), yakni
- Faktor Kelengkapan Wilayah (Regional Compelementary)
- Faktor Kesempatan Berinteraksi (Intervention Opportunity)
- Faktor Kemudahan Perpindahan Ruang (Spatial Transferability)
- Interaksi desa –kota terkait pembangunan daerah
a.
Interaksi desa – kota berdasarkan pendekatan
sektoral dan regional dalam pembangunan daerah
1)
Pendekatan sektoral (memfokuskan perhatian pada
sektor-sektor seragam atau sama)
2)
Pendekatan regional (melihat pemanfaatan ruang
serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah)
b.
Zona interaksi desa – kota dalam pembangunan
daerah
Bintarto (1983) membedakan zona –
zona interaksi senagai berikut:
- City (Pusat Kota)
- Sub urban
- Sub Daerah Perkotaan
- Tepi Urban Paling Luar
- Batas Desa – Kota
f.
Desa
Hubungan timbal balik desa-kota dalam
pembangunan daerah
1)
Pedesaan sebagai sumber produksi pangan bagi
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan)
2)
Pedesaan menyediakan tenaga kerja yang tidak
dimiliki oleh penduduk di kota
3)
Pedesaan memerlukan barang-barang kerajinan atau
hasil jadi untuk keperluan konsumsi.
4)
Pedesaan memerlukan jasa-jasa dari penduduk di
perkotaan
- Interaksi desa –kota dan kaitannya dengan distribusi barang dan manusia
a.
Konsep keterjangkauan
b.
Konsep interaksi dan interdependensi
- Interaksi desa – kota kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah
Robinson Tarigan (2004), ekonomi wilayah adalah
suatu cabang dari ilmu ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur
perbedaan potensi suatu wilayah dengan wilayah lainnya.
Ruang lingkupnya
1)
Perbedaan atau hubungan antarbagian wilayah
2)
Objek ekonomi wilayah hanya membicarakan bagian
tertentu dari wilayah suatu Negara
3)
Ekomoni wilayah memebahas hal-hal tertentu
4)
Ekonomi wilayah berisikan rumus-rumus aplikasi
Teori interaksi dan pengembangan ekonomi wilayah
1.
Teori Gravitasi
2.
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)
3.
Teori Potensi Penduduk
4.
Teori Grafik
Dampak Interaksi Desa – Kota
- Usaha Pemerataan Pembangunan di Desa dan Kota
1. Ketimpangan Pembangunan Wilayah Desa dan Kotaa. Kota akan mengalami kepadatan penduduk yang semakin tinggi disebabkan terbukanya kesempatan kerja diberbagai bidang.b. Kondisi desa semakin kehilangan tenaga kerja di sektor pertanian.2. Upaya Pemerataan Pembangunan Desa dan Kotaa. Mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategisyang selama ini masih belum berkembang secara optimalb. Meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah yang tertinggal dan terpencilc. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan dengan merubah arah kebijakan pembangunand. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan antar kotae. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi yang berada di wilayah pedesaan dengan wilayah perkotaan.f. Mengoprasionalisasikan renacan tata ruang sesuai hirarki perencanaan.Dampak Perkembangan Kota Terhadap Masyarakat Desa dan Kota1. Dampak perkembangan kota terhadap masyarakat desaa. Dampak negatif1) Faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahana) Faktor eksternal (Faktor dinamika pertumbuhan kota, domografi, ekonomi)b) Faktor internal (Faktor kondisi social ekonomi rumah tangga petani)c) Faktor kebijakan2) Dampak alih fungsi lahan di wilayah pedesaana) Turunnya produksi pertanianb) Hilangnya kesempatan petanic) Terganggunya pencapaian swasembada pangan dan bergesernya lapangan kerjad) Investasi pemerintah di bidang pengairan menjadi tidak optimale) Terjadinya lahan tidurf) Berkurangnya ekosistem sawah3) Cara mengatasi alih fungsi lahana. Memebuat kebijakan yang tegasb. Melakukan pengawasanc. Mencegah spekulen tanahd. Memberi batas waktu kepada kontraktor dan spekulen tanahe. Mempercepat pencetakan lahan pertanian diluar jawa4) Urbanisasi penduduk pedesaan5) Berkembangnya penduduk pedesaan6) Hilangnya lahan usaha pertanianb. Dampak Positif1) Pengetahuan msyarakat desa menjadi meningkat2) Perluasan jalur jalan dari kota ke desa3) Kemungkinan produktivitas pedesaan semakin meningkat4) Meningkatnya kegiatan wiraswasta5) Timbulnya kesadaran untuk KB6) Munculnya organisasi social di pedesaan
-
Dampak Perkembangan Kota Terhadap Masyarakat Kotaa. Dampak Negatif1) Terjadinya urbanisasi2) Semakin minimnya lahan kosong di deerah perkotaan3) Menambah polusi di dearah perkotaan4) Penyebab bencana alam5) Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi6) Penyebab kemacetan lalu lintas7) Merusak tata kotab. Dampak Positif1) Perekonomian Negara dan wilayah meningkat2) Meningkatnya kesempatan kerja3) Munculnya teknologi dan inovasi baru4) Tercukupinya kebutuahan makanan pokok
Subscribe to:
Posts (Atom)